Sejujurnya ini adalah salah satu buku yang saya baca setelah sekian lama tidak menyelesaikan suatu buku, dibaca ketika saya merasa harus belajar banyak-banyak membaca lagi, dan dibaca ketika saya mulai ingin menyantap "buku-buku berat", dan lebih sejujurnya lagi memang terasa menemui beberapa kesulitan untuk memahami dengan baik seluruh isinya. Pada akhirnya saya memaksakan diri untuk membacanya dan menyelesaikannya dengan cukup bersusah payah - beberapa kali mengulang membaca paragraf yang sama untuk agak lebih paham - dan membuat resensi ini adalah sebagian usaha untuk memahami buku tadi sambil mengawetkannya dalam bentuk tulisan yang akan mengingatkan saya dan semoga juga dapat membantu pembaca. Ini adalah tulisan resensi milik seorang perangkum isi buku yang pemula. Sehingga masukan-masukan kiranya dapat disampaikan dan akan diterima dengan hati yang senang/
Ali Syariati merupakan seorang Pemikir Revolusioner Iran, sangat terasa ketika saya membaca buku ini. Bagaimana pemikirannya tentang Islam membawa pembaca sedemikian agar Progresif dalam ber-Islam. Pemikiran-pemikirannya cenderung kiri Islam, menolak sekedar pemikiran-pemikiran materialisme, dan pemikiran-pemikiran lain yang mengabaikan kehendak Tuhan dalam kehidupan manusia. Sebagai seorang Iran, ia adalah penganut Islam Syi'ah - dan tidak ada yang perlu dikagetkan - lebih tepatnya mungkin Islam Syi'ah Merah (yang Alawi, yang Revolusioner lagi Progresif). Buku ini adalah kumpulan-kumpulan ceramah/kuliah yang beliau berikan. Buku ini bahkan diterjemahkan Pak Amin Rais seorang Cendekiawan Muslim (sekarang politisi sih) yang dikenal tegas prinsip. Dalam pengantar yang beliau berikan disebutkan bahwa meski ada perbedaan dalam pemahaman keagamaan Sunni-Syi'ah yang merupakan warisan konflik historis lama, sedangkan yang kita perlukan sekarang adalah kerjasama membangun Islam yang sudah cukup lama mengalami stagnasi. Dan bahwa kita perlu dan harus untuk mengambil butir-butir kebenaran darimana pun datangnya.
Pada bab pertama, Syariati membahas tentang posisi manusia dalam pandangan Islam. Bahwa peradaban sekarang mendasarkan manusia pada fondasi humanisme barat yang didorong dari direndahkannya manusia dulunya dalam peradaban Barat yang terkungkung dalam dogma Agama/Gereja sehingga ketika itu kalah, kebebasan human Barat menjadi terlalu bebas dan berlaku kultus/pemujaan terhadap manusia. Syariati meskipun bukan seorang Ulama dalam arti agamawan, namun pengetahuannya tentang Al Quran bisa dikatakan cukup baik dari bagaimana ia dapat mengutip ayat-ayat Quran. Manusia dalam pandangannya sangat dekat dengan Tuhan dengan Allah dan sangat mulia dalam penciptaannya dan suci pada lahirnya. Sedikit membahas tentang pemisahaan laki-laki dan perempuan dan keutamaan manusia dari yang lain-lainnya karena ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dan terakhir adalah tentang bagaimana manusia pada akhirnya bisa saja justru malah jauh dari kesucian karena diberikannya daya kebebasan (Iradah) yang berpotensi manusia memiliki pilihan untuk memilih dan berbuat yang buruk. Pada akhirnya disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang bi dimensional yang perlu juga agama yang bi dimensional ini sesuai Islam sehingga seimbang untuk orientasi dunia dan akhiratnya dan dapat melaksanakan misi mulia sebagai Khalifah Allah di dunia. Serta bahwa manusia tidak juga tanpa daya di hadapan Tuhan melainkan memiliki kehendak meskipun tidak mutlak karena hanya kehendak Allah lah yang dianggap mutlak.
artikel ini tidak selesai. saya sempet ganiat2 amat bikinnya sayang sekali. hehe
Komentar
Posting Komentar