Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Aing tea

Foto saya
Muhammad Hafidz Fauzan
Sebenarnya tidak terlalu suka dunia tarik tangan. Tapi, masih terus berusaha untuk rajin-rajin menulis. Karena katanya dia percaya dia punya banyak hal di kepalanya yang harus dibanjur di suatu tempat. Suka makan, dan tidur, gak cuma itu masih banyak yang dia suka lakukan, tapi yang jelas dia suka Chelsea FC sebagai suatu klub sepakbola. Kontak saya di twitter @Pids29 atau tulisan yang agak serius di Medium @hafidzfz

Kita Kehilangan Kata

Barangkali aku yang terlalu terbiasa Pada pembicaraan malam kita Dan siang, ketika matahari bekerja begitu kerasnya Sedang kita memilih beristirahat Sembari resah Dan bersalah Kini setiap kalimat kutelan dengan telinga terbuka Kuharap setiap kalimatku juga kau teguk tanpa sirup Sampai di ujung kalimat Ku mulai memperlambat langkah Kau masih mendengarkan Suara yang jauh tertinggal Lamat-lamat tanggal Kau berbelok Aku berhenti Kita kehilangan jejak Kata dilahap jarak 20 Juli 2019 (H+1 kemah kerja)

Masing dan masing

Pada susunan titik-titik komposisi warna alam selalu ada hal yang tidak bisa disembunyikan Sebabnya Kekaguman Adalah Pada pusat kota gedung-gedung dan rumah berjajar berbaris kolom dicampur jingga langit senja Memunculkan keinginan agar malam tak pernah hadir selanjutnya dan hari2 setelahnya Di desa dan kebun-kebun anggur, malam diciptakan untuk dihabiskan dengan secangkir kopi sachet dan barangkali sedikit perkelahian kecil dengan sobatmu yang mengikat persahabatanmu keesokan harinya Di luhur gunung tidak ada yang istimewa sebab sejak di sini semuanya adalah kesempurnaan tanpa luka - Puncak Gunung Gede 

Tersesat Pada Waktu

Barangkali rindu tidak hanya memerlukan jarak dan waktu Tapi juga kau dan aku Atau ingatanku tidak cukup sempurna Tanpa kisah kita Pada tepian pengharapan aku menemukan diriku yang entah bagaimana bisa hilang Pada tepian waktu yang kutemukan hanya dirimu yang menjauh Sebabnya aku tau mau sampai pada ujung waktu Waktu terasa cepat saat dunia hanya ada kita Kala itu kuingin masuk dan mengubah dimensi waktu Sehingga hanya aku dan kamu saja tiba-tiba sudah selamanya Tapi waktu melarangku Belum sempat kusimpan senyummu yang melarangku tersenyum balik sebab bibirku hanya bisa kelu saat itu Belum sempat kuabadikan bola matamu pada pelupuk matamu yang menyipit di satu maupun keduanya Dan rapi putih gigimu dan tawa maka aku pun berantakan karenanya  Pada akhirnya hanya ada diriku yang sendirian Duduk di atas tumpukan batu di tepian sungai yang berisik yang ramai pada kesepian Sedang aku menepi, kesepian dalam keramaian -Kemah Kerja, 3 Agustus 2019

Kamu Bara Api Itu

Sebab bara apimu aku meluruh Kehancuran adalah harapan yang ditindas diri sendiri Sedang di balik nya hanya rumput dan batu Lidah apinya menyambar-nyambar seperti kilatan ingatan-ingatan tentangmu yang sekelebat dan hujan yang deras

Perjalanan

Padahal hidup selalu tentang jalan Dan sudah ribuan pilihan jalan Untuk sampai di sini Adalah kesenangan kita Mengulang resah yang sama Di setiap persimpangan Dan keadaanmu? Terang dan penuh kesadaran Jalan tol yang lebar maupun gang pasar Seseorang berjalan miring Sambil tertawa Jalan menanjak dan menurun Aspal dan kerikil Dengan atau tanpa alas kaki Dalam satu jalan Kita berkenalan dengan manusia lain Mari ikuti jalan saya Tapi mari jalan bersama Semoga selamat Sampai permainan tamat Serpong, 13 Juli 2019

Semenit

Semenit Aku diam dan bergerak Orang-orang diam sekaligus berisik bersamaan Dengan kawannya, Dengan layar, Dengan mimpinya, Orang-orang diam Dengan telinganya Dengan matanya Tanpa mulutnya Besi bergerak lalu berhenti Manusia naik lalu turun Sebagian membawa ransel Yang lain membawa tas selempang dan makanan Semua sibuk Seolah tak ada waktu yang cukup untuk dinikmati Sebagaimana semua harus ber-hasil Waktu berjalan terlalu cepat Tapi bayangmu singgah terlalu lamat Tidakkah kita mengambil jeda? Barang semenit Tanah Abang - Serpong, 12 Juli 2019

Ekspedisi Nusantara Jaya ITB 2018 - 2b (selesai)

Barangkali aku hanya perlu melanjutkan tentang bagian 2a terkait beberapa hal menarik selama kegiatan kami di lokasi, Air dan Sungai Kehidupan Kami sampai di Talonang ketika musim sedang kemarau menuju hujan, ya itu kalau saya tidak salah sekali lagi. Faktanya tempat yang berada di selatan sumbawa ini dan sebelahan sama pantai, bukan tempat yang makmur air. Pengelolaan dan pengolahan air belum bagus dan warga kerap kali masih kesulitan dengan air. Air ada namun terbatas. Justru di musim hujan orang-orang kesulitan air (bersih) dan di musim hujan air ada (namun cukup terbatas). Dan problem air ini lebih jauh lagi juga menghambat pertanian warga. Warga Talonang, petaninya hidup dari bertani jagung yangg memerlukan air yang cukup terutama di masa-masa awal penanamannya, setelah beberapa waktu tanaman jagung akan menjadi lebih kuat memerlukan tidak banyak air. Problemnya adalah di musim kemarau setelah jagungnya dipanen, ladang dilepas dan warga mencari hal lain untuk menghasilkan uan

Ekspedisi Nusantara Jaya ITB 2018 - 2a

Akhirnya sampai juga di tujuan kami Desa Talonang Baru. Koordinasi awal yang baik dengan pejabat desa membuahkan kemudahan-kemudahan di kemudian hari. Kami diberi tempat tinggal selama mukim satu rumah dengan 4 kamar dan ruangan tengah yang cukup luas. Untuk kami ber-25 orang(17 laki-laki, 8 perempuan) ini cukup meskipun terpaksa harus campur laki-laki dengan perempuan dalam satu rumah, tapi harusnya tidak ada masalah lagipula kami semua sudah besar, sudah sama-sama paham, dan mesti sama-sama saling menjaga, ini juga bagus untuk memudahkan interaksi tim, dan belajar saling menghargai(terutama antar-gender). Ruang tengah yang cukup luas juga sangat cocok untuk kegiatan bersama tim seperti rapat, makan, sampai bersenang-senang. Setelah sampai rumah dan sedikit rapi-rapi, kami terpisah-pisah lagi tak sabar melihat dunia Talonang. Aku bersama 4 orang lain memilih pergi ke lapangan bola untuk bermain bola bersama warga. Sejak sore itu kami paham bahwa seluruh warga di sini mungkin sekali su

Ekspedisi Nusantara Jaya ITB 2018 – 1

Tim harusnya sudah berangkat jam 4 berkumpul di Cisitu. Aku – jam 4 kurang 10 – masih sibuk membereskan barang yang belum lengkap, pergi ke indomaret Sekeloa, dan belum mandi. Dengan kecepatan secepat kilat semuanya selesai pukul 4 lewat 5. Kuacuhkan semua telepon yang mencoba membangunkanku – “Hei aku sudah bangun, ini sudah di motor!” – kemudian diantar kawan dan melesat ke Cisitu. Turun dari motor lalu berlari rusuh(sebab sambil membawa carrier besar dan daypack) lalu mendapati bahwa mereka semua masih di sana, sedang menunggu beberapa yang belum datang(setidaknya aku bukan yang terakhir) dan menunggu mobil transportasi online tiba. Tapi ya tetap saja aku salah telah membuat semuanya khawatir – khawatir aku belum bangun, masa ditinggal begitu saja?! – dan tidak menunggu lama aku langsung naik mobil yang datang kedua bersama 4 orang yang lain. Pukul 05.30 Kereta Api Pasundan berangkat dari Stasiun Bandung dengan tujuan Stasiun Gubeng Surabaya. Dua puluh lima carrier besar penuh

Begadang dan Mahasiswa ITB.

Begitu baik hatinya kampus kita yang sering ngasih tugas bejibun ke mahasiswa-mahasiswa jagoannya ini sampe hati harus sering-sering begadang. Tapi aku tau mahasiswa-mahasiswa ITB tetep tulus ikhlas kok menjalaninya. Kenapa? Kalau enggak ada tugas-tugas itu kan bingung mau bikin Instagram story apa ye kannn. Melihat fenomena-fenomena menarik yang dialami temen-temen mahasiswa kita termasuk saya dan terutama saya seperti fenomena ngantuk di kelas, skip kelas karena kesiangan, isi2 ig story yang masih melek sampe jam 2 lebih, dan banyak hal lain juga seperti stress pelajaran maka nonton film semalaman, ngegame sampe gak tidur, sampe Tahajjud sampe ga tidur amin. Aku juga menghimbau supaya kita kurang-kurangin nih begadang, Barangkali kalian pernah nonton web series Sore di Youtube nah aku gamau aja suami/istri kamu di masa depan harus repot2 ke sini buat ngingetin kamu hidup sehat apalagi harus minum Tropicana Slim. Dari kuisioner yang saya buat diisi oleh 69 responden d