Langsung ke konten utama

Aing tea

Foto saya
Muhammad Hafidz Fauzan
Sebenarnya tidak terlalu suka dunia tarik tangan. Tapi, masih terus berusaha untuk rajin-rajin menulis. Karena katanya dia percaya dia punya banyak hal di kepalanya yang harus dibanjur di suatu tempat. Suka makan, dan tidur, gak cuma itu masih banyak yang dia suka lakukan, tapi yang jelas dia suka Chelsea FC sebagai suatu klub sepakbola. Kontak saya di twitter @Pids29 atau tulisan yang agak serius di Medium @hafidzfz

Ekspedisi Nusantara Jaya ITB 2018 – Pendahuluan

Akan kita mulai dengan cara-cara standard, Ekspedisi Nusantara Jaya adalah suatu ekspedisi yang merupakan program Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Repubik Indonesia sebagai kegiatan terpadu lintas sektor/pelaku untuk membantu mempercepat pembangunan kemaritiman Indonesia. Kira-kira muaranya ke arah membantu percepat pembangunan kemaritiman Indonesia. Namun kalau bicara jangka pendek yaitu memberikan kesadaran dan pemahaman kemaritiman wilayah negeri ini. Kesadaran maritim ini penting, atas fakta bahwa negeri kita ini berbentuk kepulauan yang amat banyak – 17,504 pulau! – dan kesadaran pembangunan berbasis maritim harus ditanamkan, barangkali seminimal-minimalnya ketika mahasiswa. Sehingga visi maritim ini segera dikorelasikan dengan materi-materi kuliah, diskusi- diskusi kecil di kampus, dan semangat ini terus membesar hingga kita – pada suatu hari – memegang suatu jabatan penting (siapa tahu kan?). Program ini memiliki dua kategori program, yakni untuk umum, dan untuk mahasiswa(terbatas pada universitas tertentu).

ENJ pertama kali kuketahui dari kawanku, yang mengikuti ENJ 2017 saat itu ENJ ITB melakukan ekspedisi ke Pulau Marabatuan, sebuah Pulau Kecil di Kalimantan. Seberapapun diriku sebenarnya bukanlah suatu petualang sejati, aku senang petualangan, maksudku mendengar kisah-kisah petualangan atau perjalanan ke negeri yang jauh. Faktanya aku belum pernah melakukan petualangan semenakjubkan itu. Buku Titik Nol, dan sekuel terusannya tulisan Agustinus Wibowo membuatku begitu bersemangat dengan perjalanan, amat sangat bersemangat, namun praktiknya masih jauh panggang dari api. Kendala biaya, waktu, dan kurang kuatnya niat kerap menjadi hambatan. Pada suatu hari di akhir semester 4, aku menemukan suatu postingan Line dari LK ITB terkait pendaftaran peserta ENJ ITB 2018, tanpa pikir panjang aku langsung mendaftarkan diri mengisi formulir isian melalui link yang ada (yang kalau saja saya benar, form ini hanya berlaku beberapa jam saja sebab dengan cepat terisi penuh). Beberapa pekan kemudian ada panggilan untuk mengikuti tes wawancara, semua berjalan tanpa hambatan hingga aku ditetapkan menjadi peserta Ekspedisi Nusantara Jaya ITB 2018.

Sebelum liburan semester 4 dan idul fitri, 25 calon peserta memulai pertemuan-pertemuan kecil dan beberapa diklat sebagai persiapan dan agar liburan dapat dimanfaatkan untuk mencari info-info yang diperlukan. Setelah itu diberikan libur beberapa pekan (aku lupa jumlah spesifiknya), kemudian kami kembali ke Bandung untuk melanjutkan diklat (di saat kawan-kawan mahasiswa lain masih liburan!). Kami hanya memiliki kira-kira tiga minggu untuk mempersiapkan perjalanan ini, murni dari nol(kecuali masalah biaya perjalanan yang hampir terjamin), semuanya serba belum siap. Dengan segera tim dibentuk, terdiri dari beberapa divisi yang disusaikan dengan interest masing-masing. Dengan diketuai oleh seorang Komandan Operasi (Danop), dua sekretaris, satu bendahara, dilengkapi dengan divisi konsumsi, akomodasi transportasi, logistik, medik, dokumentasi, redaksi, dan program. Kami bahkan masih belum memliki tujuan sebagai lokasi ekspedisi. Ada beberapa diklat, di antaranya diklat medik, diklat fotografi dan videografi, diklat pengabdian masyarakat, manajemen perjalanan, jurnalistik, dan beberapa lainnya yang aku kurang ingat. Di hari-hari biasa setelah diklat kami membahas persiapan-persiapan tim dan masing-masing divisi.
diklat medik

Mengenai rencana lokasi, sebetulnya rencana awal kami adalah Pulau Marabatuan seperti ENJ ITB sebelumnya, namun kami menemui hambatan di transportasi kapal. Tidak seperti pesawat, atau transportasi darat yang hampir serba pasti, transportasi kapal serba tidak pasti terutama bicara jadwal. Saat itu transportasi menuju Pulau Marabatuan sedang tidak ada, kabarnya kapal sedang dalam masa perbaikan. Ini tentu bukan hal biasa, kehidupan orang di pulau kecil sangat tergantung pada kapal. Kalau kapal dari dan menuju ke sana tidak ada lalu bagaimana kehidupan orang di sana jika ada keperluan pergi-pergi. Ketidakpastian ini sungguh ironis terjadi di negara kepulauan seperti Indonesia. Aksesibilitas pulau-pulau berpenghuni adalah bagian penting dari terintegrasinya suatu negara. Singkat cerita, karena didesak LK juga sebab lokasi ini adalah bagian penting yang akan menentukan banyak sekali aspek perjalanan kita, kami harus memilih. Ada tiga kemungkinan pilihan saat itu, pertama Pulau Marabatuan – pilihan ini tidak buru-buru dicoret, ini tetap lokasi yang paling diharapkan – kedua, Pulau Masalembo di utara Madura – Ketiga, Desa Talonang Baru di Selatan Pulau Sumbawa. Satu hal yang paling mencolok, adalah bahwa pilihan ketiga tidaklah seperti pilihan-pilihan lainnya yang merupakan pulau kecil di antara lautan luas Indonesia, melainkan sebuah desa di sebuah pulau besar Pulau Sumbawa. Hingga kami berdiskusi (atau bahkan berdebat panjang) cukup lama, bahkan ditunda hingga keesokan harinya sebab masih belum berani memutuskan. Di hari selanjutnya itu akhirnya ada titik temu, didorong sikap realistis terhadap keadaan transportasi dan adanya jaringan kenalan di sana, diputuskan bahwa tujuan kami adalah Desa Talonang Baru (pilihan ketiga tadi).

Ini keputusan sulit sebab dibanding pilihan lain ini pilihan yang paling unknown buat kami, selain itu pikiran tentang sekalian menghabiskan liburan sehingga bayangan tentang pantai di dua pilihan pertama berat untuk ditinggalkan. Termasuk buatku yang prefer pilihan pulau-pulau kecil, sebab salah satu alasan istimewanya ekspedisi ENJ adalah pengetahuan dan pergaulan dengan orang-orang yang hidup di pulau-pulau terpencil. Aku ingin tahu bagaimana mereka memenuhi kebutuhan hidupnya, bagaimana budayanya, kondisi pendidikannya, aksesibilitasnya, dan sebagainya sebab hidupnya pasti sama sekali berbeda dariapada kehidupan yang biasa berada dalam jangkauanku. Tapi ya kami harus konsekuen dengan pilihan ini sebab kami harus berangkat apapun keputusannya ini adalah keputusan bersama. Setelah itu info-info mengenai Desa Talonang Baru terus kami telusuri via internet, informasi mengenai desa ini cukup sulit ditemukan, mungkin ini menandakan betapa akses wilayah ini masih demikian sulit.
suasana rapat-rapat persiapan
Sisa waktu sebelum keberangkatan dimaksimalkan untuk persiapan-persiapan dan jangan lupa bersenang-senang. Setelah ini cerita akan berlanjut yang mungkin akan dibagi ke dalam 3 bagian.
Pertama, Berangkat Bandung – Lokasi yang memakan waktu hingga 3 hari.
Kedua, Beberapa cerita selama di lokasi, 2 minggu lamanya kami di sana.Ketiga, Pulang Lokasi – Bandung, kira-kira sama seperti berangkat namun dengan moda transportasi yang sedikit berbeda.

Aku berangkat bersama 24 orang yang lain, yang sebenarnya ingin aku sebutkan namun nampaknya agak sedikit kurang berguna juga sebab terlalu banyak untuk dapat diingat juga nantinya. Mungkin akan disebut seiring berjalannya kisah saja. 



*share komentarmu di sini sbg masukan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sajak kecil tentang perasaan saya yang ada kamu di dalamnya

manusia pada umumnya, dalam berbagai kesempatan, dalam berbagai lini kehidupan, dikaluti dengan rasa takut. termasuk pada hal-hal yang berkaitan dengan perasaan termasuk pada hal-hal yang berkaitan dengan cinta bukan hanya takut tidak dicintai kita bahkan takut mencintai takut karena takut tidak dicintai perasaan yang tidak berbalas apakah bisa menjadi alasan tidak mencintai? padahal dalam mencintai kita adalah sebagai subjek, kita bebas memutuskan terlepas dicintai atau tidak, di mana kita bertindak sebagai objek, kita tidak bisa memutuskan kita tidak perlu memutuskan sampai pada titik kita merasa harus mengatakan pada orang itu bahwa saya mungkin mencintaimu saya menyukaimu dalam bentuknya yang sulit saya definisikan sendiri atau alasan-alasan tertentu yang bisa saja saya karang untuk meyakinkanmu sebab saya tidak perlu meyakinkan diri sendiri saya tahu diri saya lebih dari siapapun di bumi ini dan orang lain di luar sana tidak perlu tahu apa-apa tentang kita saya mungkin takut menga

Tersesat Pada Waktu

Barangkali rindu tidak hanya memerlukan jarak dan waktu Tapi juga kau dan aku Atau ingatanku tidak cukup sempurna Tanpa kisah kita Pada tepian pengharapan aku menemukan diriku yang entah bagaimana bisa hilang Pada tepian waktu yang kutemukan hanya dirimu yang menjauh Sebabnya aku tau mau sampai pada ujung waktu Waktu terasa cepat saat dunia hanya ada kita Kala itu kuingin masuk dan mengubah dimensi waktu Sehingga hanya aku dan kamu saja tiba-tiba sudah selamanya Tapi waktu melarangku Belum sempat kusimpan senyummu yang melarangku tersenyum balik sebab bibirku hanya bisa kelu saat itu Belum sempat kuabadikan bola matamu pada pelupuk matamu yang menyipit di satu maupun keduanya Dan rapi putih gigimu dan tawa maka aku pun berantakan karenanya  Pada akhirnya hanya ada diriku yang sendirian Duduk di atas tumpukan batu di tepian sungai yang berisik yang ramai pada kesepian Sedang aku menepi, kesepian dalam keramaian -Kemah Kerja, 3 Agustus 2019