Ya, teman-teman sekalian, seharusnya pada postingan ini saya
memposting tentang Alam Dunia (Sebagai kelanjutan dari Tafhimul Qurán tentang ke-Islam-an) namun tampaknya saya lewat dulu saja, saya ingin
membahas tentang Sifat kepemimpinan Rasul:
“Maka dengan rahmat Allah, engkau telah berlaku lemah lembut
kepada mereka. Karena, sekiranya engkau bertindak kasar, berkeras hati, niscaya
berserak-seraklah mereka dari kelilingmu. Maka maafkanlah mereka dan
mohonkanlah ampun untuk mereka, ajaklah mereka untuk bermusyawarah dalam urusan
itu. Apabila telah bulat hatimu, maka bertawakkalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat suka kepada orang-orang yang bertawakkal”(QS:7/Al-A’raf:159)
Rasul sebagai utusan Allah penyampai risalah, Pemimpin Umat
Rasul telah dilatih sejak dahulu, salah satunya dengan menggembala domba.
Menggembala domba membutuhkan kesabaran, kemampuan memimpin (bahkan memimpin
domba, yang rasanya lebih sulit daripada memimpin manusia), juga membagi waktu
dengan baik.
Dari ayat di atas, telah disebutkan 5 sikap kepemimpinan
Rasul, yaitu:
11)
Berlaku lemah lembut
Tidak lekas marah pada umatnya yang tengah
ia tuntun dan mendidik imannya. Dengan jiwa besar Rasul memimpin, dan tidak
marah-marah saja ketika melihat umatnya melakukan suatu kesalahan. Kalau saja
Rasul bertindak kasar, mungkin umatnya, orang-orang di sekelilingnya justru
akan menjauhi Rasul karena kekasarannya itu.
22)
Senantiasa memaafkan
Seberapapun besar kesalahan mereka, seperti
ketika yang terjadi di perang Uhud, dengan jiwa besarnya Rasul tetap memaafkan
mereka, dan bertindak biasa, sebagaimana mestinya kepada mereka.
33)
Memohonkan maaf
Tidak sekedar memaafkan bahkan Nabi juga
memohonkan maaf bagi mereka kepada Allah, karena kesalahan mereka melanggar
perintah nabi ketika perang Uhud dahulu jugalah melanggar perintah Allah, maka
Nabi pun memohonkan maaf bagi mereka.
44)
Bermusyawarah dalam urusan
Ini adalah salah satu inti dari
kepemimpinan itu, bahwa Islam telah membangun sendi-sendi demokrasi. Seorang
pemimpin tentulah lebih disukai oleh bawahannya tidak sebagai seorang yang
memutuskan sesuatu sekehendak hatinya sendiri, atau bahasa modernnya Otoriter,
namun lebih disukai jika ia bermusyawarah, meminta pendapat orang lain untuk
memutuskan suatu hal. Hal semacam inilah yang juga dilakuka Rasul, meskipun
beliau adalah seorang rasul.
55)
Senantiasa bertawakkal
kepada Allah
Jelas bahwa jika sudah bulat tekad, telah
bulat hati maka bertawakkal kepada Allah, dan senantiasa terus berpegang kepada
kebenaran. Sebab pemimpin yang ragu-ragu mengambil keputusan adalah seorang
pemimpin yang gagal. Tidak boleh ragu ataupun bimbang dan hendaklah menanggung
segala resiko.
Sekian postingan saya kali ini, terima kasih.
(sumber ilmu: Qur'an, Qurán terjemah, tafsir Al-Azhar)
Komentar
Posting Komentar