Langsung ke konten utama

Postingan

Aing tea

Foto saya
Muhammad Hafidz Fauzan
Sebenarnya tidak terlalu suka dunia tarik tangan. Tapi, masih terus berusaha untuk rajin-rajin menulis. Karena katanya dia percaya dia punya banyak hal di kepalanya yang harus dibanjur di suatu tempat. Suka makan, dan tidur, gak cuma itu masih banyak yang dia suka lakukan, tapi yang jelas dia suka Chelsea FC sebagai suatu klub sepakbola. Kontak saya di twitter @Pids29 atau tulisan yang agak serius di Medium @hafidzfz

sajak kecil tentang perasaan saya yang ada kamu di dalamnya

manusia pada umumnya, dalam berbagai kesempatan, dalam berbagai lini kehidupan, dikaluti dengan rasa takut. termasuk pada hal-hal yang berkaitan dengan perasaan termasuk pada hal-hal yang berkaitan dengan cinta bukan hanya takut tidak dicintai kita bahkan takut mencintai takut karena takut tidak dicintai perasaan yang tidak berbalas apakah bisa menjadi alasan tidak mencintai? padahal dalam mencintai kita adalah sebagai subjek, kita bebas memutuskan terlepas dicintai atau tidak, di mana kita bertindak sebagai objek, kita tidak bisa memutuskan kita tidak perlu memutuskan sampai pada titik kita merasa harus mengatakan pada orang itu bahwa saya mungkin mencintaimu saya menyukaimu dalam bentuknya yang sulit saya definisikan sendiri atau alasan-alasan tertentu yang bisa saja saya karang untuk meyakinkanmu sebab saya tidak perlu meyakinkan diri sendiri saya tahu diri saya lebih dari siapapun di bumi ini dan orang lain di luar sana tidak perlu tahu apa-apa tentang kita saya mungkin takut menga
Postingan terbaru

Bentuk Protes atas Ketidakterusterangan Kita Semua Setiap Ada Kesempatan

Sekali waktu Sembari bermain-main di padang bunga yang menutupi kesulitan-kesulitan masa muda sementara kita di rumah, di jalan-jalan, di perkantoran Aku masih berusaha menerjemahkan mana yang kau tunjukkan sebagai sikap mana yang kau miliki sebagai sifat Bahkan kau tahu, jelmaanmu di dunia ini dalam teks, suara, gestur begitu sulit kutakar Bahkan Tuhan mengirimkan Rasul yang menerjemahkan pesan-pesan Nya Kamu? membiarkanku terjebak dalam terjemahanku sendiri? Gila Bukan keliru, sudah pasti aku tersesat

Dialog Ini Seperti Papan Catur

Dialog Ini Seperti Papan Catur Aku minta maaf Jika dialog denganmu kulakukan seperti seorang bermain catur Iya ini betulan Rasanya seperti aku memancingmu untuk memakan bidak caturku Untuk dapat kuambil bishop -mu Setiap gerakanku atau tidak bergeraknya bidakku,     Aku lakukan dengan membaca kemungkinan gerakanmu selanjutnya Pun setiap gerakanmu,     Aku baca sebagai suatu pancingan yang tidak selalu kumakan Saat ini keadaan sedang imbang Formasi bidak kita sudah sama-sama terbuka Tapi tidak ada yang berani mengambil langkah skak Belum aku, tidak juga engkau Entah apa yang kita tunggu Permainan catur ini sendiri hanya asumsi-asumsi ku yang berteriak dan memenuhi isi kepala dan akhirnya tumpah mengotori kertas puisiku Serpong, atas kasurku sebelum terlelap 24 Juni 2021

Kita Kehilangan Kata

Barangkali aku yang terlalu terbiasa Pada pembicaraan malam kita Dan siang, ketika matahari bekerja begitu kerasnya Sedang kita memilih beristirahat Sembari resah Dan bersalah Kini setiap kalimat kutelan dengan telinga terbuka Kuharap setiap kalimatku juga kau teguk tanpa sirup Sampai di ujung kalimat Ku mulai memperlambat langkah Kau masih mendengarkan Suara yang jauh tertinggal Lamat-lamat tanggal Kau berbelok Aku berhenti Kita kehilangan jejak Kata dilahap jarak 20 Juli 2019 (H+1 kemah kerja)

Masing dan masing

Pada susunan titik-titik komposisi warna alam selalu ada hal yang tidak bisa disembunyikan Sebabnya Kekaguman Adalah Pada pusat kota gedung-gedung dan rumah berjajar berbaris kolom dicampur jingga langit senja Memunculkan keinginan agar malam tak pernah hadir selanjutnya dan hari2 setelahnya Di desa dan kebun-kebun anggur, malam diciptakan untuk dihabiskan dengan secangkir kopi sachet dan barangkali sedikit perkelahian kecil dengan sobatmu yang mengikat persahabatanmu keesokan harinya Di luhur gunung tidak ada yang istimewa sebab sejak di sini semuanya adalah kesempurnaan tanpa luka - Puncak Gunung Gede 

Tersesat Pada Waktu

Barangkali rindu tidak hanya memerlukan jarak dan waktu Tapi juga kau dan aku Atau ingatanku tidak cukup sempurna Tanpa kisah kita Pada tepian pengharapan aku menemukan diriku yang entah bagaimana bisa hilang Pada tepian waktu yang kutemukan hanya dirimu yang menjauh Sebabnya aku tau mau sampai pada ujung waktu Waktu terasa cepat saat dunia hanya ada kita Kala itu kuingin masuk dan mengubah dimensi waktu Sehingga hanya aku dan kamu saja tiba-tiba sudah selamanya Tapi waktu melarangku Belum sempat kusimpan senyummu yang melarangku tersenyum balik sebab bibirku hanya bisa kelu saat itu Belum sempat kuabadikan bola matamu pada pelupuk matamu yang menyipit di satu maupun keduanya Dan rapi putih gigimu dan tawa maka aku pun berantakan karenanya  Pada akhirnya hanya ada diriku yang sendirian Duduk di atas tumpukan batu di tepian sungai yang berisik yang ramai pada kesepian Sedang aku menepi, kesepian dalam keramaian -Kemah Kerja, 3 Agustus 2019